PENDIDIKAN |
Unsri Masih Jadi Primadona Warga OKI
Selasa, 07 Juli 2009 | [9045 Dibaca]
Universitas Sriwijaya (Unsri) sampai saat ini masih tetap menjadi primadona atau pilihan utama yang dituju lulusan SMA/sederajat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel).Universitas Sriwijaya sampai saat ini masih tetap menjadi primadona atau pilihan utama yang dituju lulusan SMA/sederajat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel). Yuda Pratama (18), salah seorang siswa kelas III SMA swasta di Kayuagung, Kamis, mengaku, lebih memilih kuliah di Unsri daripada harus pergi jauh-jauh untuk kuliah ke Pulau Jawa. Alasannya, disamping kualitas pendidikan di Unsri dinilai tidak kalah dibandingkan universitas lain di Pulau Jawa, biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah. "Dulu memang calon mahasiwa dari OKI lebih banyak kuliah di Pulau Jawa, karena kualitas pendidikannya dinilai lebih baik ketimbang di Unsri, tetapi sekarang penilaian tersebut sudah jauh berubah," kata dia lagi. Senada dengan Yuda, Anita Anggraini (17), siswa kelas III di salah satu SMA Negeri di Kayuagung juga mengatakan, tidak mau kuliah jauh-jauh ke Pulau Jawa, karena biaya hidupnya tinggi dan membebani kedua orangtuanya. "Kalau di Pulau Jawa, orangtua saya minimal harus menyediakan uang Rp2 juta sebulan, dan dana itu hanya diperuntukkan untuk ongkos ke kampus, makan dan membayar tempat kos saja, sedangkan iuran per semester bisa jauh lebih mahal lagi," ujar dia lagi. Sebaliknya, menurut Anita, jika kuliah di Unsri orangtuanya cukup menyediakan uang kurang Rp1 juta per bulan untuk ongkos dan biaya makan sehari-hari plus membayar tempat kos, karena biaya hidup di Palembang atau pun di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir yang menjadi lokasi utama kampus Universitas Sriwijaya masih jauh lebih murah dibandingkan di Pulau Jawa. Lagi pula, kata Anita lagi, kualitas atau mutu pendidikan di Unsri saat ini tidak kalah dibandingkan universita lain yang ada di Pulau Jawa. "Saat ini `kan hampir seluruh mata pelajaran ada di Unsri, jadi buat apa harus capek-capek kuliah ke Pulau Jawa yang biaya hidupnya selangit," katanya Anita pula. |