BERITA DAN INFORMASI |
SEMINAR NASIONAL KE-9 MATERIAL MAGNETIK 2015 SERTA PENANDATANGANAN MOU UNSRI DAN BATAN
Kamis, 22 Oktober 2015 | [136786 Dibaca]
(batan.go.id) LTJ, dari Limbah Industri, Kini Jadi Komoditas Strategis Dunia Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah menjalin kerjasama dengan perusahaan tambang PT. Timah untuk mengkaji ulang potensi LTJ ini, dengan mendirikan pilot plant di Pulau Bangka. Apa hubungannya LTJ dengan nuklir? “Karena LTJ diambil dari pasir monasit yang menurut definisi pada peraturan perundangan, masuk dalam kategori mineral radioaktif,” ujar Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto usai penandatanganan Piagam Kerja Sama dengan Rektor Universitas Sriwijaya, di Palembang. Tadinya, tugas BATAN melakukan kegiatan peneltian uranium dan thorium yang juga terkandung di dalam pasir monasit. Uranium dan thorium dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar reaktor nuklir. “LTJ itu hasil sampingan, karena jika kita kuasai bahan ini sangat strategis untuk mendukung industri nasional,” imbuhnya. Saat ini kebutuhan komoditas LTJ di dunia didominasi oleh Tiongkok. Namun sejak 2011, Pemerintah Tiongkok mengambil kebijakan untuk mengurangi ekspor LTJ. Dengan pembatasan itu praktis negara-negara yang membutuhkan LTJ mengalihkan perhatiannya kepada Indonesia. Indonesia punya potensi LTJ cukup besar yakni mencapai 1,5 miliyar ton monasit yang membutuhkan kajian lebih dalam sehingga bisa dieksplorasi dan diinventarisasi. Sedangkan khusus di wilayah operasional PT. Timah di Bangka Belitung terdapat potensi LTJ sekitar 180 ribu ton. Potensi pengembangan dan industri LTJ telah disadari oleh Pemerintah dan telah dituangkan dalam Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Berdasarkan RPJMN ini, beberapa Kementerian/Lembaga dan industri yang meliputi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), BATAN, BPPT, Perguruan Tinggi dan lainnya, ditugaskan untuk mengembangkan potensi LTJ dari awal penambangan, pemurnian dan penelitian pengembangan aplikasi LTJ baik dalam bentuk produk magnet permanen maupun untuk aplikasi energi lain. Saat ini, konsorsium LTJ lintas lembaga telah dibentuk untuk menjadi wadah komunikasi para stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan LTJ. “Dalam konsorsium, akan dilakukan eksplorasi berapa potensi LTJ yang dimiliki Indonesia. Selain di Bangka, pasir monasit juga dapat ditemukan di Kalimantan Barat,” sambung Djarot. Sebelumnya, telah dilakukan penandantanganan Piagam Kerja Sama antara BATAN dan UNSRI di bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek nuklir, sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Dipilihnya UNSRI menurut Djarot, karena banyak hal-hal yang bisa dikerjasamakan tidak hanya pemanfaatan dan pengembangan LTJ, tapi juga bidang pertanian, kesehatan, dsb. “Perguruan tinggi yang kami ajak kerjasama harus memberikan dampak (impact) yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat baik lokal maupun nasional,” tambahnya. Sementara itu, Rektor Universitas Sriwijaya, Badia Perizade meyakini nuklir itu banyak manfaatnya untuk kemaslahatan bangsa. UNSRI akan membantu dari sisi SDM dalam penelitian LTJ ini. “Kami punya banyak peneliti S2 dan S3. Karena potensi LTJ salah satunya di Bangka, maka sangat tepat memilih UNSRI dalam kerja sama ini ,” ujarnya. Penandatanganan Piagam Kerja Sama merupakan rangkaian dari kegiatan Seminar on Magnetic Materials yang diselenggarakan oleh Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) – BATAN, bekerjasama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNSRI, di Hotel Grand Zuri, Palembang. Seminar ini merupakan seminar dua tahunan yang digagas BATAN sejak tahun 2000 bekerjasama dengan UI dan LIPI, dan telah diselenggarakan dibeberapa tempat bekerjasama dengan berbagai universitas. Penyelenggaraan tahun 2015 ini merupakan seminar yang ke – 9. Sebelum diselenggarakan seminar, pada 19 Oktober diadakan pertemuan konsorsium LTJ dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri berbagai pihak terkait dibawa koordinasi Kemenperin. Dalam FGD juga dibahas langkah-langkah strategis untuk menajalankan amanah RPJMN itu, Sedangkan tanggal 20 – 21 Oktober, para peserta FGD dan para peneliti, pengamat dan industri terkait bahan magnetik, menghadiri seminar baik dalam kegiatan sidang pleno, sidang paralel dan sidang poster serta sesi tanya jawab (tnt). |