BERITA DAN INFORMASI

Patenkan Beras Wangi

Kiprah peneliti bidang keahlian food science (ilmu pangan) yang satu ini, Prof. Ir. Filli Pratama, M.Sc. (Hons) Ph.D., sudah tak diragukan. Karyanya sederhana dan dapat diimplementasikan di tengah masyarakat. Apa saja?

Gaya bicaranya yang tegas, bertutur dengan sesekali meminjam bahasa science cukup membuat lawan bicara terkesima. Hanya, kesederhanaan tetap terpancar dari diri Prof Ir Filli Pratama MSc (Hons) PhD yang kerap disapa Filli itu.

Filli, yang pioneer peneliti Unsri yang sukses menembus dominasi peneliti teknologi dari sejumlah universitas terkemuka, memfokuskan diri pada food science. Bahkan, ia sukses mengantarkan salah satu penelitian yang sudah dipatenkan dalam satu dari 101 karya Inovasi Indonesia 2009.

Tak hanya itu. Hasil penelitian Fiili juga masuk dalam satu dari delapan granted patent yang dimiliki Unsri sampai saat ini. Berupa "Pewangian Beras Menggunakan Karbondioksida Cair" yang telah mendapatkan ID paten nomor 0017441 dari Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Depkum HAM RI tahun 2006 lalu. Patennya sendiri tanggal 6 Februari 2008.

"Beras wangi yang saya hasilkan sama persis seperti beras pada umumnya. Hanya dengan sentuhan ekstrak, sampai sekarang terus saya kembangkan menjadi beras pelbagai aroma. Semisal aroma daging panggang, nasi gemuk dan lainnya," tukas Filli saat dibincangi koran ini di sela-sela kegiatan Semiloka HAKI yang diselenggarakan Balitbangda Sumsel, kemarin.

Fllli sepertinya paham betul dengan tugasnya sebagai peneliti. Terlebih dengan gelar guru besar Fakultas Pertanian (FP) Unsri yang disandangnya, mengharuskan dia menghasilkan sebuah produk yang betul-betul bermutu. Sekaligus berdaya guna di masa kini maupun masa yang akan datang.

"Sekarang saya tengah melakukan penelitian gula cair yang berasal dari umbi-umbian baik dari gadung maupun ubi kayu," tuturnya ramah.

Prosesnya, kata dia, sangat sederhana. Pati dari umbi-umbian yang telah dibersihkan langsung di-hidrolisis menjadi gugus-gugus kecil dengan rantai panjang dicampur dengan sedikit enzim semisal glukosa amilase. "Prosesnya sendiri seperti kita mengekstrak pati tepung tapioka. Meskipun penggunaan enzim harganya cukup mahal, tapi secara keseluruhan dari sisi cost, ketimbang gula tebu jauh lebih rendah," tukas peneliti kelahiran Jambi, 30 Juni 1966 lalu dengan nada bicara berapi-api.

Hasil penelitian lain berupa pembuatan tekwan (makanan khas Palembang, red) kering cepat saji dengan metode aplikasi pembekuan di tahun 2007. Penelitian dengan mengambil sampel sentra industri rumah tangga kerupuk kemplang di Palembang itu, dilakukannya bersama dua peneliti Unsri lain yakni Dr Ir Kiki Yulianti MSi dan Idar Oktarina STP.

"Sumsel sebetulnya salah satu daerah yang kaya akan penganan tradisional yang bermutu. Salah satunya, industri kerupuk kemplang khas Palembang, namun karena berbagai kendala tak kunjung ada kemajuan. Statis dan itu-itu saja. Makanya, saya terobos dengan menciptakan tekwan kering cepat saji ini," tegasnya.

Hingga kini, bersama rekannya sesama peneliti di Unsri, ibu tiga anak hasil pernikahannya dengan Dr Ir Tamrin Latief MSi, juga staf pengajar di FP Unsri itu, telah menghasilkan enam granted patent. Selain itu, sejak 2002 Filli yang menyelesaikan program doktoral atau strata tiga di University of Western Sidney, Australia tahun 2000, juga berhasil mencetak tiga buah pending patent bagi Unsri.

Judul paten, masing-masing Metode Mempelajari Kekuatan Interaksi Senyawa Aroma dengan Tepung Berbahan Dasar Karbohidrat tahun 2002, Kemasan Plastik Flexibel untuk Penyimpanan Buah dan Sayuran Segar di tahun 2004 bersama Prof Dr Ir Daniel Saputra MSA.Eng dan Dr Ir Entis Halimi MSc. Juga bersama Eka Lidiasari STP MSi tahun 2009 ini menghasilkan pending patent berupa Metode Pembuatan Pewarna Kuning Alami untuk Pangan dari Kelopak Bunga Tahi Ayam atau bahasa latinnya Tagetes erecta L.

Berita dan Informasi Lainnya: