BERITA DAN INFORMASI |
Cetak Dokter Berkualitas, Universitas Sriwijaya Gandeng RS BARI
Sabtu, 03 Oktober 2009 | [10890 Dibaca]
Tuntutan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat sangat besar. Karenanya berbagai upaya dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri). Salah satunya mencetak dokter yang berkualitas dan mencari mitra dengan pihak ketiga dalam hal pembiayaan mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan kedokteran. "Selama ini karena keterbatasan ruangan kita sangat terbatas dalam penerimaan program pendidikan spesialis. Untuk mencetak dokter berkualitas lebih banyak lagi kita mengandeng Rumah Sakit Umum Pemerintahan (RSUP) Palembang BARI,"ungkap Dekan FK Unsri Prof dr H Zarkasih Anwar SpA disela-sela acara Dies Natalis FK Unsri ke-47 di Kampus FK Unsri Jl Madang (1/10). RSUP Palembang BARI itu, sambungnya sebagai rumah sakit kedua rumah sakit pendidikan (hospital teaching) setelah RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. Dengan kerjasama ini, peluang FK untuk menghasilkan lulusan dokter umum, spesialis dan sub spesialis akan semakin banyak karena bertambahnya Rumah Sakit Pendidikan sebagai sarana praktek calon dokter. Menurut Zarkasih, dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk menjadi seorang dokter berkualitas. Untuk pendidikan dokter umum saja, paling tidak dibutuhkan biaya hingga tuntas Rp 140 juta per mahasiswa. Program pendidikan spesialis Rp 300 juta, sedangkan program pendidikan sub spesialis dibutuhkan dana Rp 400-500 juta. Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Pertamina RSPP) Jakarta dr Mustafa Fauzi dalam ceramah ilmiah pada dies natalis FK Unsri ke-47 mengatakan, saat ini permasalahan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini adalah rendahnya mutu layanan dan tingginya biaya layanan kesehatan. Kondisi ini berkaitan erat dengan adanya paradoks dan anarkisme dalam sistem pelayanan kesehatan. "Saat ini telah terjadi komersialisasi pelayanan kesehatan sehingga mutu pelayanan kesehatan di Indonesia semakin rendah. Hal ini dipicu prilaku dokter yang memaksakan pemakaian obat kepada pasien tidak sesuai peruntukan dan terindikasi dokter bekerjasama dengan perusahaan obat farmasi untuk memasarkan produk obat tertentu kepada pasien," ungkapnya. Dengan fakta ini, sangat wajar jika sejumlah badan survei independen nempatkan posisi Indonesia berad diurutan 129 dari 190 negara yang memiliki mutu pelayanan kesehatan yang rendah kepada pasien. Ketua Pelaksana dies natalis, Dr Junaidi AR SpPD mengatakan usia ke-47 tahun FK Unsri ini dapat di jadikan sebagai tonggak utnuk melakukan evaluasi. "Perenungan terhadap pencapaian yang telah diraih seraya menatap masa depan dengan penuh semangat untuk memanfaatkan segala peluang agar lembaga pendidikan FK Unsri dapat meningkatkan peran dan kontribusi dalam pembangunan bangsa ini khususnya dalam bidang kesehatan," ujarnya. Asisten III Setdaprov Sumsel dr Aidit Azis mewakili Gubernur Sumsel saat menghadiri dies natalis FK Unsri mengatakan, dengan masih dibutuhkannya tenaga dokter, merupakan peluang bagi FK Unsri untuk terus melakukan pengembangan dan menghasilkan tenaga dokter yang handal dan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apalagi saat ini berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel terhadap hasil survei yang dilakukan awal 2009, ternyata Sumsel kekurangan dokter umum dengan rasio 57:100.000 atau satu orang dokter masih melayani 17.330 jiwa. "Jumlah ini masih di bawah rata-rata nasional yang memberi batasan satu dokter seharusnya melayani 2500 penduduk," ungkapnya. Turut hadir pada acara dies natalis FK Unsri ke-47 Rektor Unsri Prof Badiah Perizade, Gubenur yang diwakili Dr Aidit Aziz, Direktur RS DR Mohammad Hosein (RSMH) Dr Bayu Wahyudi SpOG, Pangdam yang diwakili Wakakesdam, Kapolda yang diwakili Kakes Polda, jajaran dokter dan alumni FK Unsri. |