ARTIKEL |
Perketat Proses Rekrutmen
Senin, 04 April 2011 | [178811 Dibaca]
Pengamat Ekonomi dari Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Didik Susetyo mengatakan, kasus penggelapan dana nasabah oleh oknum pegawai bank bisa diantisipasi sejak dini dan jauh hari. Lho, bagaimana caranya? Kata Didik, mulai proses rekrutment pegawai yang merupakan pintu utama masuknya pegawai ke instansi perbankan. "Saat rekrut, harus benar-benar dilihat sikap dari si calon pegawai. Selain cerdas, hendaknya calon pegawai tadi juga mempunyai personalitas yang baik, bersikap jujur, bertanggung jawab dan loyal terhadap perusahaan. Dengan begitu, potensi fraud (penyelewengan) dapat ditekan seminimal mungkin. Hanya saja, terangnya, kejujuran seseorang itu tidak bisa dilihat sepintas lalu. Ketika masa training, prilaku atau sikap seseorang dapat dilihat, apakah mungkin ada celah-celah atau kemungkinan seseorang itu melakukan penyelewengan atau kesalahan. "Nah, ini bisa di deteksi secara dini oleh bagian SDM (sumber daya manusia, red) suatu perusahaan," cetusnya. Kemudian, perusahaan juga bisa melakukan evaluasi rutin yang digelar setahun sekali, terhadap kinerja pegawainya. "Bisa juga dilakukan semacam tes psikologi," tutur Didik. Nah, dari tes psikologi tadi, dapat diketahui bagaimana motivasi kerja, tingkat kejenuhan kerja ataukah ada kebutuhan yang harus dipenuhi si pegawai. Di samping itu, pimpinan perusahaan perbankan juga harus melihat potensi yang dimiliki karyawannya apakah bagus atau tidak. Jika diketahui seorang karyawan mengalami kejenuhan bekerja, mungkin bisa dilakukan rotasi. Tujuannya untuk mengembalikan semangat bekerja pegawai bersangkutan. Namun, lanjut Didik, apa yang ia sebutkan itu, hanya langkah antisipasi. Berhasil tidaknya suatu sistem tergantung dari prilaku karyawan bersangkutan. Dikatakan, secanggih apa pun sistem perbankan yang diterapkan, jika prilaku manusianya tidak benar, maka bisa menimbulkan penyelewengan dengan memanfaatkan kelemahan suatu sistem. Maka itu, langkah antisipasi yang paling penting yaitu kewaspadaan pimpinan dan perlunya menanamkan jiwa jujur, loyalitas dan rasa tanggung jawab kepada pegawai terhadap pekerjaan yang diemban. Kenapa? Dijelaskannya, ada usia-usia rawan dimana seseorang mempunyai tingkat emosi yang kurang labil karena dipicu oleh suatu kebutuhan tertentu. Itu biasanya terjadi ketika seseorang memasuki usia sekitar 20-an. Saat itu, seseorang mungkin terpicu keinginan untuk berkeluarga dan dorongan ingin cepat kaya. "Nah, sekitar (usia) 30-an, biasanya lebih establish (stabil, red)," ungkapnya itu karena seseorang biasanya sudah berkeluarga dan sejumlah kebutuhannya telah terpenuhi. Namun, ketika menginjak usia 40-an, mungkin ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi sehingga kembali mendorong emosinya menjadi labil. "Maka itu, perlu diadakan rotasi, sehingga seseorang tidak cepat bosan. Selain itu dengan tidak terlalu lama menempati suatu posisi atau jabatan, maka potensi untuk penyelewengan dapat semakin diminimalisir," cetusnya. Selain sistem penempatan, untuk mendorong semangat kerja karyawan sekaligus menanamkan sifat tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan, maka perusahaan bisa menerapkan sistem reward (penghargaa) dan punishment (sanksi). Jika berprestasi, maka seorang karyawan bisa diberikan kenaikan penghasilan atau promosi jabatan, begitu juga sebaliknya ketika melakukan kesalahan atau pelanggaran berikan sanksi yang setimpal seperti penundaan kenaikan gaji, jabatan. "Kalau memang fatal mungkin berupa pemberhentian dari kerja," tukasnya. |