ARTIKEL

H-Index WoS ISI, SCOPUS dan Google Scholar

Jumat, 24 April 2015 | [586797 Dibaca]

Saat ini di UNSRI sedang hangat tentang perhitungan H-Index SCOPUS, apalagi semenjak parameter ini menjadi salah satu syarat untuk dapat mengirimkan lebih dari satu proposal hibah DIKTI tahun anggaran 2016. Jumlah naskah ilmiah UNSRI di SCOPUS dalam Q1 2015 ini cukup signifikan perkembangannya namun masih berada di papan tengah dibandingkan dengan perguruan tinggi lain di Sumatera.

Nilai dari H-index didapatkan dari jumlah naskah ilmiah yang berhasil terpublikasi di scientific journal dan jumlah citation dari setiap naskah tersebut yang dikutip oleh naskah lain, jadi dapat dikatakan bahwa ini adalah "impact" dari naskah ilmiah tersebut dan disinilah terlihat kualitas hasil penelitiannya. Saat ini ada tiga standar dunia yang sering menjadi acuan para periset / dosen: (1) Web of Science Thomson Reuters, (2) SCOPUS produk dari ELSEVIER dan (3) Google Scholar.

Dalam opini saya, bahwa SCOPUS ini tidak lebih dari sebuah indexing (pangkalan data) dan abstracting saja (mesin pencari) dari naskah ilmiah di suatu journal yang telah masuk ke database SCOPUS tanpa dapat mendownload PDF nya, terkecuali kita berlanggan juga journal yang dimaksud. SCOPUS ini benar-benar hanya seperti portal plus plus dengan kemampuan untuk menghitung H-INDEX, jumlah paper, dan jumlah citation papers. SCOPUS product ELSEVIER (representatif dari benua EROPA) dan WoS ISI produk Thomson Reuters USA, jadi ini ada faktor hegomoni yg bersaing, semua journal yg mempunyai WoS ISI impact factor biasanya akan terecord / index di SCOPUS, namun tidak demikian sebaliknya, tidak semua terindex scopus ada impact factor dari ISI. Jadi memang parameter SCOPUS juga tidak bisa dijadikan patokan mentah-mentah, namun saat ini dia yg memegang kendali karena sistem mereka sudah siap.

Walaupun tergolong pemain baru, SCOPUS ELSEVIER telah melakukan inovasi serta berafiliasi dengan beberapa pengembang lainnya, lihat saja SCIMAGO (SJR) yang membuat dan menghitung Journal Ranking versi mereka, dimana SCIMAGO dibuat oleh team pengembang dari Universitas Granada Spanyol dan diberikan kepercayaan oleh SCOPUS untuk membuat datamart dari database mereka. Serta Mendelay yang diakusisi oleh ELSEVIER beberapa waktu lalu untuk memperkuat barisan bisnisnya dalam komunitas research dunia. Dengan di akusisinya Mendelay seakan-akan ELSEVIER ingin juga bersaing dengan EndNote Thomson Reuters dalam merebut pasar tools reference manager.

Disisi lain perhitungan Google Scholar tidak dapat menghitung jika papernya yang dirujuk terindex di SCOPUS karena SCOPUS menutup rapat database mereka (terkecuali jika si author menampilkan paper PDF nya di blog / open access / repository lainnya). Begitupun sebaliknya SCOPUS hanya menghitung citation yg terindex di database mereka sendiri, mereka mengabaikan dengan Google Scholar. Hebatnya, google lebih cepat perhitungannya dan lebih luas jangakauannya, dimana dia akan menghitung citasi yang terjadi di Internet, namun memang ada cara CHEAT / TRIK untuk bisa melejitkan h-index seorang penulis di Google, makanya institusi dunia tidak menerima h-index Google.

Sementara itu, WoS ISI juga mengeluarkan H-index versi mereka namun kurang begitu dikenal karena memang sebuah Journal sangat sulit untuk dapat lolos disana dengan saringan yang sangat ketat, begitu juga paper sangat strict untuk lolos accepted di journal tersebut, selain itu juga SCIENCE DIRECT sangat mahal biaya berlangganan sebagai portal untuk diakses dan didownload full papernya.

Saat ini ada Research ID untuk melihat H-Index author di WoS ISI, berbeda dengan Author ID di SCOPUS dimana research ID harus dibuat manual oleh si authornya agar bisa menjadi “public” karena tidak otomatis tersedia, inilah bedanya mengapa SCOPUS lebih di senangi karena kenyamanan layanan yang disediakan. Seperti hal nya SCOPUS, WoS juga terdapat mekanisme perhitungan jumlah citasinya dan dengan interface Research ID maka hal itu dapat dilihat oleh orang lain tanpa harus login. WoS akan menghitung yang ada didalam database mereka sendiri dan tidak menghiraukan database SCOPUS apalagi Google.

Kesimpulannya, nilai H-index SCOPUS, WoS ISI dan Google bisa jadi berbeda besarannya, dan pasti akan didapati nilai yg lebih tinggi di google karena sifatnya yang lebih broad sebarannya, free dan open. Apalagi Google saat ini sedang berinovasi untuk melaju kedepan dengan kekuatan content yang dimilikinya. Bisa jadi Google akan menjadi besar dan membuat standard sendiri. Namun dikarenakan Google Scholar melakukan crawler ejournal di Internet tanpa ada proses verifikasi, maka banyak pihak yang meragukan kwalitas content dari naskah yang ada di journal tersebut. Berbeda dengan journal yang terindex di SCOPUS atau WoS ISI yang mana setiap journal akan direview oleh tim evaluator tentang kelayakannya untuk bisa masuk ke database mereka. Makanya wajar saja tim PAK DIKTI saat ini hanya melihat dua indexing ini sebagai acuan untuk jurnal ilmiah.

Sumber


Artikel Lainnya:

25 April 2015 LINDUNGI KARYA CIPTA ANAK BANGSA
27 Februari 2015 MENGAPA SKRIPSI (KADANG) MENJADI PENUNDA KELULUSAN?
04 Mei 2013 UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS TERCERDAS DILUAR JAWA VERSI TESCA 2013
27 April 2013 KOMPUTERISASI PEMERIKSAAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013
26 Maret 2013 ARAH PENGEMBANGAN TIK UNSRI 2013 - 2018
07 Februari 2012 TIPS PUBLISH DI JOURNAL INDEXING SCOPUS
02 Januari 2012 MENUJU 10 BESAR PERGURUAN TINGGI TERBAIK INDONESIA
14 April 2011 KRITERIA SELEKSI YANG ADIL DAN BERKUALITAS
04 April 2011 PERKETAT PROSES REKRUTMEN
18 Agustus 2010 MAKNA SUATU KEMERDEKAAN
12 Juni 2010 REKONSILIASI SETELAH MEMILIH
27 Maret 2010 BER-FB HINGGA CARI BAHAN KULIAH
16 Maret 2010 PLN S2JB PENUHI TUNTUTAN MASSA
01 Maret 2010 DUSUN KEBANJIRAN
28 Februari 2010 CENDERUNG MALU-MALU
29 Januari 2010 RINDU BALIK KE PAPUA
16 Januari 2010 PANSUS II DPRD OGAN ILIR LIBATKAN UNSRI
11 Desember 2009 TRIWINDA SUSANTI: HUKUM MERUPAKAN BARANG MAHAL
04 Desember 2009 PENGAMAT: CEGAH KONFLIK SUBAN IV MERAMBAT KE RAKYAT
18 November 2009 TODUNG PAPARAN "MERENTANG KORUPSI, MERETAS JALAN PEMBERANTASAN" DI UNSRI